Sabtu, 21 April 2012

SELAMAT JALAN BAPAK WIDJAYONO PARTOWIDAGDO

















SANG PECINTA SEJATI ...

engkau segera tiba di puncak sejati
dalam kelembutan sejuk embun
dimana Yang Maha Perkasa bertahta

tapak tapak yang engkau tinggalkan
akan menjadi lembaran sejarah
dari kitab kitab suci para pecinta
yang mengsabdakan kesejatian

tapak tapak yang engkau tinggalkan
mengukuhkan sebuah jalan
bahwa gunung dan lembah
adalah butiran-butiran zikir
yang menjadi pintu terbuka
menuju istana 'Azza wa Jalla

ya Allah... di puncakMu
dia menancapkan bendera cahaya
agar kami dapat melihat tujuan itu
dengan jelas dan yakin

makassar 22 April 2012

Jumat, 13 April 2012

semakin kamu

puisi hamdan


seperti kata tekuk pada samudra makna
pandanganku tak mampu menembusmu
seperti makna takluk pada kedalaman hikmah
wajah indahmu semakin tak kuasa kujelas
meski setiap waktu ia penuhi ruangku

di sisi sepi cela bukit dingin hari
aku coba mengerti kabut selimut
membungkus elus lembar daunan pinus
basahnya sejuk bagai helai rambutmu gurai

rambutmu hijau pinus tenang lambainya
membisik belai pada kemuntum dea
tak pudar-pudar indah merah jingganya
meski benam dalam samar putih kabut
yang turun tergesa berlari mendesak

satu siang satu malam
ku hanya mengerti kuntum itu
wajahmu semakin indahnya
kubiarkan membayang bergoyang
di lembar-lembar daun sembahyang


malino, 2 mei 2010

Senin, 16 Januari 2012

guruku

puisi hamdan (kedip kecil kemuning)

bagaimana aku mampu menghapus wajahmu
sedang engkau adalah kelembutan angin
datang menghembus tulus di setiap pagi
waktu itu kami hanya pucuk kecambah
lalu kau ajarkan kami gerak tari dedaun
dalam keceriaan senyum mentari
kini kami telah menjadi rerimbun daun
kini kami telah menjadi pohonan hijau
rindang menghias taman keteduhan

bagaimana aku mampu menghapus wajahmu
sedang engkau adalah keindahan teratai
yang mekar menghias bening kolam jiwa
saat itu kami hanyalah anak-anak angsa
lalu engkau ajari apa arti putih bagi kolam
bermain bernyanyi dan berenang-renang
kini kami talah jauh mengembara terbang
membawa benih-benih indah terataimu
menanamnya di kolam yang kami tinggali

bagaimana aku dapat menghapus wajahmu
sedang engkau adalah keteguhan karang
yang kokoh berdiri menentang gelombang
saat itu kami hanyalah butiran polos pasir
lalu engkau ajari apa makna ketegaran
di antara gelombang, ombak dan riak samudra
kini dengan layar yang engkau tancapkan
kami telah menjadi perahu-perahu karang
mengarungi bahtera menggapai dermaga

bagaimana kami dapat menghapus wajahmu
sedang engkau selalu datang bersama pagi
membawa sejuta kenangan berwarna warni
kenangan adalah taman kerinduan jiwa
mengenangmu, membuatku enggan pergi
aku masih ingin mendapat manis senyummu
yang lembut dan tajam menembus batin
aku masih ingin mendengar seru suaramu
yang lantang dalam keteduhan kasih sayang
aku masih ingin memandang wajahmu
yang selalu bahagia walau bertabur peluh

bagaimana aku dapat menghapus wajahmu
selagi malam masih menabur indah gemintang
bintang-bintang itu adalah taman cahaya
yang dulu engkau tanam dan merawatnya
dan kini terus memendar menerangi nurani
bintang-bintang adalah butiran pengetahuan
yang engkau tebarkan pada cakrawala jiwa
seluruhnya menjadi atap yang menaungi
dan menerangi seluruh ruang batin

guruku...
berbekal ketulusan dan doa-doa
engkau akan tinggal di dalam syurga
dimana tuhan menyiapkannya untukmu

makassar, 14 januari 2012
untuk para guru

Selasa, 03 Januari 2012

seumpama bunga

Widji Thukul
 


Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak

Kau hendaki tumbuh

Engkau lebih suka membangun

Rumah dan merampas tanah

 

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak

Kau kehendaki adanya

Engkau lebih suka membangun

Jalan raya dan pagar besi

 

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang

Dirontokkan di bumi kami sendiri

Jika kami bunga

Engkau adalah tembok itu

Tapi di tubuh tembok itu

Telah kami sebar biji-biji

Suatu saat kami akan tumbuh bersama

Dengan keyakinan: engkau harus hancur!

Dalam keyakinan kami

Di manapun – tirani harus tumbang!

Senin, 19 Desember 2011

perempuanku 1

puisi hamdan


kala matari mancar

pada wajah pradaban jahil
perempuanku adalah barang warisan
bagi siapa saja

kala matari masih mancar

pada wajah pradaban kini
perempuanku masih barang-barang
kalau ia mau, kalau mau ia
ya… lebih banyak yang mau
ia wariskan diri
dari sana ke sini, ke sana sini
pada siapa saja

… perempuanku, perempuanku

diwariskan atau mewariskan diri
sama saja, sama juga
tetap barang warisan

… perempuanku, perempuanku

matari mana paling jahil?

makassar, 27 mei 2000

perempuanku 2

puisi hamdan

kala matari mancar
pada wajah peradaban jahil
perempuanku dibudakkan
ia wajib kerja apa saja
ia dirampas jiwa raga
ia dimiliki luar dalam

kala matari masih mancar
pada wajah peradaban kini
perempuanku membudak diri
ia rela kerja apa saja
ia berhak kerja apa saja
serahkan jiwa raga
berikan luar dalam

… perempuanku, perempuanku

perbudakan itu dipoles
dari wajiban jadi hak asasi

… perempuanku, perempuanku
mana matari paling jahil?

makassar, 27 mei 2000

perempuanku 3

puisi hamdan


kala matahari mancar
pada wajah peradaban jahil
perempuanku jadi sengsara
ia dipaksa melacur diri
di pakai apa saja
dipakai siapa saja

kala matahari masih mancar
pada wajah peradaban kini
perempuanku tlah bahagia
setelah rela melacur diri

dipakai apa saja
dipakai siapa saja
apa saja dipakai
siapa saja dipakai
kapan saja dipakai

di sini senang, di sana senang
di mana-mana hatiku senang
pakai saja, pakai saja

Makassar, 27 Mei 2000